top of page

Murah dan Cocok untuk Berbagai Kalangan, Vending Machine Analog

Sekarang ini kita hidup di era digital, di mana hampir semua hal dapat dijangkau secara virtual. Dari karya seni digital hingga mata uang digital, era ini telah membuat orang beralih ke gaya hidup baru yang serba digital. Bahkan bisa dipastikan kalau kamu sedang baca artikel ini melalui layar smartphone-mu. Kita semua sangat menyukai seberapa cepat dan nyaman semuanya dapat dilakukan. Sampai-sampai, di era digital ini (bersama dengan sepupu jauh nyebelin nya yaitu era pandemi) membuat kita semua dapat tetap bekerja melalui layar laptop dari mana saja, tanpa perlu bolak-balik ke kantor.


Tapi, tidak semanis janjinya, era digital hanya berhasil jika orang memiliki aksesnya.


Orang-orang hampir lupa bahwa kita tidak berinteraksi dengan dunia melalui suplai digital ini, melainkan melalui cara kerja indera analog kita. Kita berinteraksi dengan cara otak kita mengirimkan sinapsis ke tangan kita untuk membuat dan menyentuh sesuatu, ke indera perasa kita, ke percakapan kita, bahkan ke emosi kita––tidak ada yang bisa disalin oleh indera digital. Realitas adalah analog. Beberapa orang menyimpan uang tunai, beberapa percaya dengan keberadaan buku telepon, beberapa masih mendengarkan CD atau piringan hitam. Alat-alat analog ini membantu kita memahami siapa kita dan bagaimana kita mengoperasikan sesuatu; yaitu kebutuhan manusia akan hubungan analog.


Di sisi lain, dalam bisnis, bisnis digital mungkin lebih unggul karena sebagian besar model modal ventura berinvestasi dalam portofolio bisnis digital. Namun, melalui The Revenge of Analog: Real Things and Why They Matter oleh David Sax, ia mencatat bahwa berinvestasi dalam bisnis analog dianggap sebagai sebuah permainan yang membutuhkan kesabaran dan jangka waktu yang cukup panjang. Dia menyebutkan tentang bagaimana produk analog menghasilkan pengalaman yang memuaskan dan terkadang menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.


Proses inovasi teknologi bukanlah cerita tentang perjalanan yang lambat dari yang baik ke yang lebih baik ke yang terbaik; ini adalah serangkaian cobaan yang membantu kita memahami siapa diri kita dan bagaimana kita mengoperasikan (sesuatu). — David Sax, The Revenge of Analog: Real Things and Why They Matter

Bisnis vending machine bisa dibilang mirip seperti itu. Mungkin tidak langsung memiliki lonjakan pendapatan, namun yang ditawarkan oleh vending machine analog ini adalah koneksi dan persona terhadap orang-orang di sekitar mereka.



Baca juga: Vending Machine untuk Pemula: Analog dan Digital




Menghidupkan kembali mesin penjual otomatis analog


Ketika vending machine pertama kali diperkenalkan, sistem analog diperkenalkan dengan menggunakan koin. Dulunya sebagian besar menjual minuman, dimana mereka memberi orang akses mudah untuk melakukan pembelian tanpa pergi ke supermarket atau toko terdekat. Cukup lucu memang, vending machine analog yang sifatnya kuno ini dianggap sebagai kehidupan modern pada zamannya. Sekarang, di dunia yang semua serba cepat, vending machine analog berkembang menjadi mesin yang lebih pintar yang dapat menjual lebih dari sekedar minuman. Tetapi tidak peduli seberapa modern era yang kita jalani sekarang, analog masih dapat menemukan jalannya ke zona nyaman kita.


Smart vending machine mungkin memang memiliki tampilan visual yang lebih baik dan modern. Namun ada yang tidak memiliki vending machine seperti dulu: bill validator, atau slot tempat uang masuk. Tetapi apa mereka kehilangan fungsinya? Tentu saja tidak. Tapi mereka kehilangan apa yang sudah dimiliki oleh orang-orang: hubungan analog.


Kota-kota kecil atau daerah yang jauh dari pusat perbelanjaan mungkin tidak perlu melihat mesin serba keren ketika ingin membeli sesuatu. Mereka hanya ingin sesuatu yang berfungsi dengan baik. Contohnya, pekerja pabrik yang bekerja di area pabrik besar yang terletak di kawasan industri mungkin akan kesulitan untuk membeli snack dan minuman jika tidak pergi ke kantin atau minimarket terdekat. Mereka mungkin harus berjalan lebih dari 5 menit dan ini akan membuat waktu istirahat mereka lebih lama dari biasanya, yang nantinya akan berdampak pada etos kerja yang harus mereka patuhi. Dan juga, para pekerja pabrik ini lebih tertarik pada apa yang dijual di vending machine daripada tampilannya. Itu juga yang disebut dengan hubungan analog. Mereka melihat hal-hal yang mereka inginkan, mereka mengoperasikan mesinnya, dan kemudian mereka bisa melepas dahaga dalam hitungan detik. Seperti dalam buku David Sax: "Ritel lebih merupakan rasa tempat dan pengalaman daripada tujuan komoditas."


Contoh lainnya, siswa di sekolah pada jam istirahat singkat di antara jam pelajaran. Kantin di sekolah biasanya ditempatkan di area yang tidak cukup dekat dengan ruang kelas. Tapi bagaimana jika mereka ingin jajan? Mereka mungkin kehilangan 50% waktu istirahat mereka selama perjalanan ke kantin kalau kelasnya cukup jauh. Biasanya kantin terletak di lantai dasar, dan sebuah gedung sekolah bisa mencapai tiga lantai. Siswa dari lantai tiga yang cuma ingin jajan air minum mungkin akan berpikir dua kali untuk turun. Dengan adanya vending machine yang lebih dekat dengan ruang kelas akan jauh lebih berguna (karena adik-adik ini pasti banyak jajan juga). Bayangkan deretan jajanan dan minuman di dalam vending machine yang memikat para siswa untuk jajan, dan mereka biasanya membawa uang tunai. Jadi slot uang pasti akan berguna.


"Ritel lebih merupakan rasa tempat dan pengalaman daripada tujuan komoditas."

Apa yang kita lakukan ketika kita memilih untuk melakukan analog?


Di era digital ini, memulai bisnis vending machine analog dapat dilihat sebagai langkah mundur. Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, era digital ini hanya berfungsi ketika orang memiliki akses ke sana. Tidak semua orang memiliki smartphone untuk digunakan pada hari-hari mereka. Area kecil dengan perkembangan yang lebih lambat dan kawasan industri, di mana sebagian besar orang masih menggunakan ponsel 2G, dapat menjadi awal yang baik jika kamu memilih untuk melakukan bisnis vending machine analog ini. Sekolah dan pabrik saat ini juga melarang penggunaan smartphone di siang hari, jadi ini adalah kesempatan untuk menempatkan vending machine analog. Ini adalah jenis usaha kecil yang terasa universal untuk setiap kelompok usia, namun tetap berguna dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa orang akan mengatakan bahwa vending machine analog sedang throwback dan siapa tahu, kamu bisa menjadi pelopor.


Baca juga: Mengenal Dunia Matchmaking Business Model



Smartven menawarkan vending machine SVA yang beroperasi sepenuhnya pada analog. Tetapi vending machine analog pun tidak harus membosankan. Tipe SVA juga bisa disesuaikan dengan kebutuhanmu sehingga tetap terasa personal dan tetap fungsional. Selain masih menerima uang tunai dan produk-produknya yang tetap terpajang, tipe SVA adalah pilihan yang tepat untuk go analog di era bisnis digital ini. Kamu bisa membeli mesin SVA seharga Rp 30,000,000 sebelum pajak. Untuk informasi lebih lanjut tentang katalog vending machine, bisa klik di sini.


Jika ingin tahu lebih banyak tentang kami, kamu bisa menemukan informasi lebih lanjut melalui Instagram dan situs web kami, kami menyediakan berbagai informasi berguna mengenai bisnis vending machine. Kamu juga dapat klik tombol di bawah ini untuk bisa langsung menghubungi team marketing kami. See you soon!





Comments


Baca Blog Lainnya

bottom of page